Arsip

Archive for April, 2011

BIOGRAFI GUSDUR

Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis, cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik ini menggantikan BJ Habibie sebagai Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Dia menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa MPR 2001. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil atau “Sang Penakluk”, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak kiai.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren.

Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada 1949. Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Akhir 1949, dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Dia belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.

Gus Dur juga diajarkan membaca buku non Islam, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Pada April 1953, ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Pendidikannya berlanjut pada 1954 di Sekolah Menengah Pertama dan tidak naik kelas, tetapi bukan karena persoalan intelektual. Ibunya lalu mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan.

Pada 1957, setelah lulus SMP, dia pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun).

Pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang dan mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai guru dan kepala madrasah. Gus Dur juga menjadi wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya.

Pada 1963, Wahid menerima beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, namun tidak menyelesaikannya karena kekritisan pikirannya.

Gus Dur lalu belajar di Universitas Baghdad. Meskipun awalnya lalai, Gus Dur bisa menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970.

Dia pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya, guna belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Baghdad kurang diakui di sini. Gus Dur lalu pergi ke Jerman dan Prancis sebelum kembali ke Indonesia pada 1971.

Gus Dur kembali ke Jakarta dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat.

LP3ES mendirikan majalah Prisma di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamanya dan sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.

Saat inilah dia memprihatinkan kondisi pesantren karena nilai-nilai tradisional pesantren semakin luntur akibat perubahan dan kemiskinan pesantren yang ia lihat.

Dia kemudian batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.

Abdurrahman Wahid meneruskan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk Tempo dan Kompas. Artikelnya diterima baik dan mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial.

Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, sehingga dia harus pulang-pergi Jakarta dan Jombang.

Pada 1974, Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas. Satu tahun kemudian, Gus Dur menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.

Pada 1977, dia bergabung di Universitas Hasyim Asyari sebagai dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, dengan mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam dan misiologi.

Ia lalu diminta berperan aktif menjalankan NU dan ditolaknya. Namun, Gus Dur akhirnya menerima setelah kakeknya, Bisri Syansuri, membujuknya. Karena mengambil pekerjaan ini, Gus Dur juga memilih pindah dari Jombang ke Jakarta.

Abdurrahman Wahid mendapat pengalaman politik pertamanya pada pemilihan umum legislatif 1982, saat berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), gabungan empat partai Islam termasuk NU.

Reformasi NU

NU membentuk Tim Tujuh (termasuk Gus Dur) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Pada 2 Mei 1982, para pejabat tinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan memintanya mengundurkan diri. Namun, pada 6 Mei 1982, Gus Dur menyebut pilihan Idham untuk mundur tidak konstitusionil. Gus Dur mengimbau Idham tidak mundur.

Pada 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan keempat oleh MPR dan mulai mengambil langkah menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap isu ini.

Gus Dur lalu menyimpulkan NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara. Untuk lebih menghidupkan kembali NU, dia mengundurkan diri dari PPP dan partai politik agar NU fokus pada masalah sosial.

Pada Musyawarah Nasional NU 1984, Gus Dur dinominasikan sebagai ketua PBNU dan dia menerimanya dengan syarat mendapat wewenang penuh untuk memilih pengurus yang akan bekerja di bawahnya.

Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai pemerintah. Pada 1987, dia mempertahankan dukungan kepada rezim tersebut dengan mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar.

Ia menjadi anggota MPR dari Golkar. Meskipun disukai rezim, Gus Dur acap mengkritik pemerintah, diantaranya proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai Bank Dunia. Ini merenggangkan hubungannya dengan pemerintah dan Suharto.

Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus mereformasi sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga menandingi sekolah sekular.

Gus Dur terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua PBNU pada Musyawarah Nasional 1989. Saat itu, Soeharto, yang terlibat dalam pertempuran politik dengan ABRI, berusaha menarik simpati Muslim.

Pada Desember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk menarik hati intelektual muslim di bawah dukungan Soeharto dan diketuai BJ Habibie. Pada 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung, tapi ditolaknya karena dianggap sektarian dan hanya membuat Soeharto kian kuat.

Bahkan pada 1991, Gus Dur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun NU ke-66 dan merencanakan acara itu dihadiri paling sedikit satu juta anggota NU.

Soeharto menghalangi acara tersebut dengan memerintahkan polisi mengusir bus berisi anggota NU begitu tiba di Jakarta. Gus Dur mengirim surat protes kepada Soeharto menyatakan bahwa NU tidak diberi kesempatan menampilkan Islam yang terbuka, adil dan toleran.

Menjelang Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur menominasikan diri untuk masa jabatan ketiga. Kali ini Soeharto menentangnya. Para pendukung Soeharto, seperti Habibie dan Harmoko, berkampanye melawan terpilihnya kembali Gus Dur.

Ketika musyawarah nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat ABRI, selain usaha menyuap anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua NU priode berikutnya.

Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang popularitasnya tinggi berencana tetap menekan Soeharto.

Gus Dur menasehati Megawati untuk berhati-hati, tapi Megawati mengacuhkannya sampai dia harus membayar mahal ketika pada Juli 1996 markasnya diambilalih pendukung Ketua PDI dukungan pemerintah, Soerjadi.

Pada November 1996, Gus Dur dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU. Desember tahun itu juga dia bertemu dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.

Juli 1997 merupakan awal krisis moneter dimana Soeharto mulai kehilangan kendali atas situasi itu. Gus Dur didorong melakukan gerakan reformasi dengan Megawati dan Amien, namun terkena stroke pada Januari 1998.

Pada 19 Mei 1998, Gus Dur, bersama delapan pemimpin komunitas Muslim, dipanggil Soeharto yang memberikan konsep Komite Reformasi usulannya. Gus Dur dan delapan orang itu menolak bergabung dengan Komite Reformasi.

Amien, yang merupakan oposisi Soeharto paling kritis saat itu, tidak menyukai pandangan moderat Gus Dur terhadap Soeharto. Namun, Soeharto kemudian mundur pada 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto. Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah lahirnya partai politik baru, dan pada Juni 1998, komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru.

Baru pada Juli 1998 Gus Dur menanggapi ide itu karena mendirikan partai politik adalah satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Partai itu adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pada 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat presidennya.

Pemilu April 1999, PKB memenangkan 12% suara dengan PDIP memenangkan 33% suara. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali mulai memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya 313 suara.

Semasa pemerintahannya, Gus Dur membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial serta menjadi pemimpin pertama yang memberikan Aceh referendum untuk menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti di Timor Timur. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura dan berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.

Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai bernegosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.

Ia juga berusaha membuka hubungan diplomatik dengan Israel, sementara dia juga menjadi tokoh pertama yang mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik. Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate, yang kemudian menjatuhkannya.

Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Pada 23 Juli 2001, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Soekarnoputri.

Pada Pemilu April 2004, PKB memperoleh 10.6% suara dan memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis dan KPU menolak memasukannya sebagai kandidat. Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan Wiranto. Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Di Pilpres putaran dua antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur golput.

Agustus 2005, Gus Dur, dalam Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu bersama Try Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, terutama dalam soal pencabutan subsidi BBM.

Kehidupan pribadi

Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak: Alissa Qotrunnada, Zanubba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.

Yenny aktif berpolitik di PKB dan saat ini adalah Direktur The Wahid Institute.

Gus Dur wafat, hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo, Jakarta, pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, diantarnya jantung dan gangguan ginjal yang dideritanya sejak lama.

Sebelum wafat dia harus menjalani cuci darah rutin. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di Surabaya usai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.

Penghargaan

Pada 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, penghargaan cukup prestisius untuk kategori kepemimpinan sosial.

Dia ditahbiskan sebagai “Bapak Tionghoa” oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, pada 10 Maret 2004.

Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia.

Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan HAM karena dianggap sebagai salah satu tokoh yang peduli persoalan HAM.

Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Wahid dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas.

Dia juga memperoleh penghargaan dari Universitas Temple dan namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.

Gus Dur memperoleh banyak gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lebaga pendidikan, yaitu:

– Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)

– Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003)

– Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)

– Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)

– Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University, Bangkok, Thailand (2000)

– Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)

– Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis (2000)

– Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000)

– Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)

– Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)

Referensi :

http://www.antaranews.com/berita/1262186533/biografi-gus-dur

BIOGRAFI PRESIDEN Ir. SUKARNO

April 14, 2011 3 komentar

Biografi Presiden Soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.. 

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”. (Dari Berbagai Sumber)

Penerimaan Peserta Didik Baru 2011-2012

 

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-FATHIMIYAH

(YASPIYAH)

TELUKJAMBE TIMUR KARAWANG JAWA BARAT

MENERIMA PESERTA DIDIK BARU

TAHUN PELAJARAN 1432-1433 H/2011-1012 M

 


1.      Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), untuk Program Studi/Jurusan :
a. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
b. Teknik Sepeda Motor (TSM)

2.      Madrasah Tsanawiyah (MTs / SMP)

3.      Pondok Pesantren (Pontren)

4.      Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA)

5.      Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustho (DTW)

6.      Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKQ)

7.      Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an Lanjutan (TKQL)

8.      Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)

Persyaratan Umum:

  1. Mengisi Formulir Pendaftaran
  2. Foto copy SKHUN dan SKB dari sekolah
  3. Menyerahkan Pas Foto 3X4 dan 2X3 masing-masing  2 Lembar
  4. Biaya Formulir pendaftaran Rp. 50.000,-

Informasi lebih lanjut hubungi :
Sekretariat Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru
Kampus Yayasan Pendidikan Islam Al-Fathimiyah Jl. Perum Peruri no.69 Pinayungan

Telukjambe Timur-Karawang
Website : http://www.alfathimiyah.com

contact person :

  1. Bayu Sugara – Hp. 0856 24 94 56 43
  2. Cecep Abdullah, S. Pd. I -Hp.  081804066486
  3. Aef Saefullah, S. S – Hp. 0813 19 37 83 41
  4. Moch Yunus, S. Pd – Hp. 0813 15 85 11 50

Arifinto Resmi Mengundurkan Diri, Patut Dicontoh

April 12, 2011 1 komentar
Arifinto Resmi Mengundurkan Diri
Anggota Komisi V asal Fraksi PKS, Arifinto (tengah), akhirnya mengundurkan diri secara resmi dari jabatan anggota DPR RI periode 2009-2014, Senin (11/4/2011). Dalam keterangannya kepada wartawan di Gedung DPR, Arifinto menyatakan bahwa pengunduran diri yang ia ajukan ini atas kesadaran sendiri. Nama Arifinto menjadi perbincangan dalam tiga hari terakhir setelah tepergok membuka gambar-gambar tak senonoh (porno) melalui perangkat tabletnya saat sidang paripurna pada Jumat 8 April 2011.

Dalam jumpa pers Arifinto menyatakan pengunduran dirinya, “Dengan seluruh kesadaran diri saya, tanpa paksaan dari siapa pun, dan pihak mana pun, demi kehormatan diri dan partai saya, setelah pernyataan ini, saya akan segera mengajukan kepada partai saya untuk mundur dari jabatan sebagai anggota DPR RI,” kata Arifinto yang didampingi Sekretaris Fraksi PKS, Abdul Hakim.

Sebelum pernyataan mundur ini, Arifinto menyampaikan permohonan maaf kepada semua anggota DPR, kader, simpatisan, dan konstituen PKS atas pemberitaan media tentang dirinya.

“Selaku perintis dan juga pendiri Partai Keadilan, saya merasa terpanggil untuk tampil secara bertanggung jawab demi keberlangsungan, kesinambungan, dan nama baik, serta kebesaran partai saya,” ungkapnya.

Arifinto berharap, keputusan yang diambil ini akan membawa kebaikan dan pembelajaran yang bermanfaat bagi dirinya, partai, konstituen, dan semua anggota DPR.

Baca juga:

PESANTREN DAN PENDIDIKAN NASIONAL

PESANTREN DAN PENDIDIKAN NASIONAL

Secara historis, pesantren lebih awal tumbuh dan berkembang di Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan lembaga pendidikan tradisional ini telah berdiri disejumlah daerah yang terkenal seperti Banten, Surakarta, Bangkalan, Tremas Pacitan, Tebuireng Jombang, Surabaya, Gresik, Cirebon, Semarang, Kendal, Yogyakarta dan daerah-daerah lainnya dipulau Jawa.

Dalam perkembangannya, ketika modernisasi pendidikan berupa hadirnya sistem sekolah dan diadopsi dalam pendidikan nasional, eksistensi pesantren mulai menghadapi penetrasi baik dalam hal kelembagaan, kurikulum, maupun tradisi akademiknya. Dengan adanya surat keputusan bersama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri, disingkat SKB 3 Menteri, pada 24 Maret 1975 secara resmi sistem pendidikan Islam Indonesia telah menjadi subsistem pendidikan nasional. Sejak tahun 1970-an inilah merupakan awal dari perkenalan pendidikan pesantren dengan berbagai kursus keterampilan. Dan pada tahun 1990-an dinamika pendidikan pesantren memperlihatkan perkembangan yang lebih dinamis, yakni dengan menyelenggarakan pendidikan formal Madrasah yang integral dengan pendidikan pesantren.

Fenomena diatas telah melahirkan dua implikasi, yaitu ; atas nama modernisasi pendidikan nasional menjadi mainstream dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Disisi lain, atas nama tradisionalitas pesantren cenderung dianggap sebagai pendidikan nasional masa lalu. Dua implikasi itulah yang terkadang pendidikan pesantren dijadikan obyek dari sistem pendidikan modern, seperti upaya serius berbagai institusi pendidikan modern yang menggalang terciptanya doktrin “sumber daya manusia” yang andal abad ke-21. Penguasaan ilmu pengetahuan dan ketaqwaan menjadi parameter yang terus dipromosikan dikalangan masyarakat pesantren. Dengan dalih sebagai langkah moderatnya pendidikan pesantren mengadopsi sistem pendidikan umum dan pada saat bersamaan pesantren mengarahkan orientasi pendidikan santri dapat menguasai keilmuan umum dan agama.

Namun demikian, pesantren dipihak lain secara optimistik bertindak sebagai subyek diantara sekian bentuk dan system pendidikan modern. Pandangan positif terhadap laju pembangunan dibidang pendidikan dan gencarnya pengaruh globalisasi telah memberikan pelajaran yang berarti bagi dunia pesantren. Penerimaan terhadap modernitas dengan segala produknya dalam hal ini dipandang sebagai jalan tengah, tidak saja untuk mempertahankan eksistensi kelembagaannya tetapi juga dimaknai sebagai modal pergeseran pendidikan islam yang lebih aplikabel dan fungsional. Dalam kondisi seperti itulah pesantren terus eksis dan mencari pola dalam mengikuti perkembangan pendidikan nasional.

Sejalan dengan reformasi di Indonesia, sitem pendidikan nasional pada mulanya terdominasi oleh system pendidikan yang berorientasi pada penguatan kelembagaan pendidikan yang bersifat formal ditengah masyarakat.

Fenomena dan Faktor Penyebab Wabah Ulat Bulu

Serangan ulat bulu yang terjadi di kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Senin (04/04) kemarin, semakin meluas. Bahkan setelah mewabah di Kabupaten, sekarang merambah ke kawasan perkotaan.

Ulat bulu tersebut jenis dasi sira. Ulat pemakan daun pohon mangga menyerang setidaknya 60.000 ribu hektare lahan pertanian mangga. Itu sekitar 8.500 pohon mangga di kabupaten.

Menurut Kepala Laboratorium Hama, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Dr Ir Totok Himawan, serangan ini diakibatkan oleh rusaknya ekosistem alam yang mengakibatkan populasi serangga tidak seimbang.

Selain itu, anomali cuaca yang tidak menentu. Hujan yang terus menerus terjadi di sejumlah kawasan mengakibatkan musuh alami ulat yakni sejenis predator bernama “Braconid” dan “Apanteles” tidak mampu bertahan hidup.

Jadi, secara otomatis jumlah ulat akan semakin banyak. Apalagi ulat sekali melahirkan bisa mencapai ratusan ulat.

Dalam proses sirkulasi kehidupan ulat, tambahnya, saat menjadi telur, musuh alami ulat tersebut selalu memberikan parasit pada telur ulat, sehingga dari ribuan telur, hanya beberapa telur saja yang lolos dari parasit dan bisa menjadi ulat.

Selain itu, tambahnya, semakin cepat berkembangnya ulat ini disebabkan oleh pemakaian pestisida secara berlebihan oleh petani, hal ini bisa mengakibatkan terganggunya sirkulasi salah satu kehidupan, termasuk musuh alami ulat tersebut.

“Tapi masyarakat jangna khawatir, ulat tersebut bukan termasuk ulat yang gatal,” jelasnya.

Mengenai abu bromo yang katanya masyarakat juga menyebabkan terjadinya hujan ulat tersebut, Totok mengatakan bahwa itu hanyalah kemungkinan kecil saja. ” abu Bromo yang hanya terjadi sebentar tidak mungkin mengganggu kehidupan musuh alami itu,” katanya.

Untuk mengantisipasi serangan ulat bulu ini, salah satunya dilakukan dengan cara menyebar burung pemangsa ulat.

Tujuang pelepasan burung predator pemangsa ulat ini untuk menghambat perkembangan populasi ulat bulu yang akhir-akhir ini menyerang di delapan kecamatan di wilayah Probolinggo.

Jum’at, (08/04/2011) Mewabahnya hama ulat bulu (desiciria inclusa) di jawa timur yang diawali dari kabupaten Probolinngo. Hal ini di sebabkan, karena kabupaten ini sebagai penghasil buah mangga terbesar di jawa timur dan pohon mangga merupakan sasaran empuk hama ulat bulu ini. Tak ayal hampir seluruh pohon mangga di kabupaten probolinggo rusak setelah di serang hama ulat tersebut.

Setelah menyerang probolinggo, hama ulat tersebut menjalar hingga kabupaten banyuwangi. di banyuwangi sendiri sudah 3 kecamatan yang di temukan adanya serangan ulat bulu. 3 kecamatan tersebut yaitu wongsorejo, kalipuro, dan kecamatan  banyuwangi

Meledaknya populasi ulat bulu ini di sebabkan oleh 2 faktor alam, yang menjadikan hama ini bisa tumbuh subur . faktor pertama adalah kondisi cuaca saat pancaroba yang terlalu lama, dan menjadi factor pendukung menetasnya telur  ulat bulu. Factor yang kedua yaitu, berkurangnya predator ulat bulu seperti semut rangrang dan burung pemakan ulat.

Selain penyemprotan dengan disinfectan atau obat pembasmi hama. Masyarakat juga bisa menghambat penyebaran hama ulat bulu, dengan melepaskan burung pemakan ulat untuk memangsa hama ulat bulu tersebut. Dan penyebaran semut rangrang untuk memangsa ulat bulu ataupun telur ulat bulu.

Tonton Video Porno Saat Sidang Paripurna DPR RI, Arifinto Harusnya Mengundurkan Diri

Tindakan Tidak Terpuji Arifinto (Anggota DPR RI dari PKS)
Tindakan anggota DPR Arifinto yang menonton video saat sidang paripurna menuai kecaman. Politikus PKS ini dinilai tak layak lagi menjabat sebagai anggota DPR. Ia harusnya sudah mengundurkan diri saat kepergok menonton video porno.

“Dari segi etika sosial sangat memalukan. Mereka ini kan wakil rakyat harusnya memberi contoh,” nilai Sosiolog UI Musni Umar saat dihubungi detgikcom, Sabtu (9/4/2011) malam.

Musni mengatakan, sebagai kader PKS, Arifinto harusnya sadar diri sedang mengikuti rapat paripurna. Membuka tablet PC untuk menghilangkan kejenuhan dianggap bukan alasan yang tepat.

“Kalau jenuh kenapa dia tidak mengundurkan diri saja. Tidak ada alasan untuk jenuh, paripurna itu semua anggota harus maksimal konsentrasi. Dia kan tandatangan disitu mereka dibayar oleh negara lho,” tegas lulusan Universitas Kebangsaan, Malaysia ini.

Menurut Musni, tindakan Arifinto sudah tak bisa ditolerir lagi. PKS harus segera mengambil sikap untuk Arifinto.

“Tidak ada pilihan selain di-PAW. Kalau tidak PKS bakal diserang publik terus nanti. Sebagai partai dakwah tentunya standar moral untuk kader sendiri harus lebih tegas,” imbuhnya.

Arifinto kepergok melihat tayangan porno saat sidang paripurna tentang pengesahan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) dan pidato penutupan masa sidang III tahun sidang 2010-2011. Dalam jumpa pers Jumat (8/4) kemarin di DPR, Arifin mengaku jika ia membuka e-mail miliknya karena jenuh mengikuti rapat paripurna.

Arifin mengatakan, ia sudah biasa membuka e-mail saat rapat di DPR. Karena dengan membuka e-mail, bisa membantu pekerjaannya. “Saya rasa, kan saya biasa buka e-mail pada waktu rapat, membantu pekerjaan tidak ada masalah,” katanya.

BIOGRAFI LENGKAP KH. HASYIM ASY’ARI

April 5, 2011 7 komentar

BIOGRAFI HADROTUS SYEKH KH. HASYIM ASY’ARI

KH. Hasyim Asy’ari lahir di Gedang, Jombang, Jawa Timur, hari Selasa, 24 Dzulhijjah 1287  H bertepatan dengan 14 Februari 1871 M. Ayahnya bernama Kiai Asy’ari, seorang ulama asal Demak yang merupakan keturunan ke-8 dari Jaka Tingkir yang menjadi Sultan Pajang di tahun 1568 M. Jaka Tingkir merupakan anak Brawijaya IV yang menjadi raja Majapahit. Sedangkan Ibunya bernama Halimah, putri Kiai Usman pendiri dan pengasuh pesantren Gedang Jawa Timur. Kiai Usman juga merupakan seorang pemimpin Thariqah ternama pada akhir abad ke-19 M.

Sebagaimana santri pada umumnya, KH. Hasyim Asy’ari senang belajar di pesantren sejak masih belia.. sebelum umur 8 tahun Kiai Usman sangat memperhatikannya. Kemudian pada tahun 1876 M ia meninggalkan kakeknya tercinta untuk memulai pelajarannya yang baru di pesantren orang tuanya sendiri di Keras.

Menginjak usia 15 tahun, KH. Hasyim berkelana ke berbagai pesantren yakni ke pesantren Wonokoyo Probolinggo, pesantren Langitan Tuban, pesantren Trenggilin Madura, pesantren Demangan Bangkalan Madura dan akhirnya ke pesantren Siwalan Surabaya. Di pesantren Siwalan ia menetap selama 2 tahun. Karena kecerdasannya, ia diambil menantu oleh Kiai Ya’kub pengasuh pesantren tersebut. Kemudian ia dikirim ke mekah oleh mertuanya untuk menuntut ilmu disana. Ia bermukim di mekah selama 7 tahun dan tidak pernah pulang, kecuali pada tahun pertama saat puteranya yang baru lahir meninggal dunia kemudian disusul istrinya juga meninggal. Di tanah suci KH. Hasyim mencurahkan pikirannya untuk belajar berbagai disiplin ilmu, sehingga pada tahun 1896 M ia telah mampu mengajar.

Selama di Mekah, KH. Hasyim Asy’ari belajar dibawah bimbingan ulama terkenal, seperti Syekh Amin al-Athor, Sayyid Sultan Ibnu Hasyim, Sayyid Ahmad Zawawi, Syekh Mahfudz al-Tirmasi. Ia tertarik dengan ide pembaharuan, namun ia tidak setuju dengan beberapa pemikiran Wahabi yang kebablasan dalam beberapa pembaharuannya. Gerakan pembaruan Islam ini gencar dilakukan oleh Muhammad Abduh.

Inti gagasan Muhammad Abduh adalah mengajak umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang murni yang lepas dari pengaruh dan praktek-praktek luar, reformasi pendidikan Islam di tingkat Universitas, megkaji dan merumuskan kembali doktri Islam dan mempertahankan Islam. Rumusan-rumusan Muhammad Abduh ini dimaksudkan agar umat Islam dapat memainkan kembali peranannya dalam bidang social, politik dan pendidikan pada era modern. Untuk itu pula Muhammad Abduh melancarkan gagasan agar umat Islam melepaskan diri dari keterikatan pola piker para pendiri Madzhab dan meninggalkan segala praktek tarekat. Ide ini disambut secara antusias oleh para pelajar Indonesia yang berada di Mekah, bahkan mendorong mereka untuk pergi ke mesir untuk melanjutkan studinya dan mengembangkannya setelah pulang ke tanah air.

Mas inilah yang kemudian disebut oleh Zamahsari Dlofier sebagai Islamic Revivalisme yang mempunyai dua karakteristik, yakni melepaskan diri dari ikatan bermadzhab dan tetap berpegang pada pola pemikiran madzhab yang empat. Dalam kelompok kedua inilah KH. Hasyim Asy’ari mempunyai andil yang besar dalam melestarikannya.

KH. Hasyim Asy’ari setuju dengan gagasan Muhammad Abduh tersebut untuk membangkitkan semangat Islam, tetapi ia tidak setuju dengan hal pelepasan diri dari madzhab. KH. Hasyim Asy’ari berkeyakinan bahwa tidak mungkin memahami maksud sebenarnya dari al-Qur’an dan Hadits tanpa mempelajari pendapat-pendapat para ulama besar yang ada dalam system madzhab. Menafsirkan al-Qur’an dan Hadits tanpa mempelajari dan meneliti pemikiran para ulama madzhab, maka hanya akan menghasilkan pemutarbalikan ajaran Islam yang sebenarnya.

Sementara itu dalam menanggapi seruan Muhammad Abduh dan Syeikh Ahmad Khatib agar umat Islam meninggalkan tarekat, maka KH Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa tidak semua tarekat salah dan bertentangan dengan ajaran Islam, yakni tarekat yang mengarah pada pendekatan diri kepada Allah SWT.

Setelah kepulangannya dari Mekah, KH Hasyim Asy’ari kemudian terlibat aktif dalam pengajaran di pesantren kakaknya sebelum akhirnya mendirikan pesantren Tebuireng. Di Pesantren Tebuireng inilah KH Hasyim Asy’ari mencurahkan pikirannya sehingga ke’alimannya terutama dibidang Hadits, maka pesantren Tebuireng berkembang begitu cepat dan terkenal dengan pesantren Hadits. KH Hasyim Asy’ari dalam mengelola pesantren Tebuireng mampu membawa perubahan baru. Beberapa perubahan dan pembaharuan yang dilakukan pada masa kepemimpinan KH Hasyim Asy’ari antara lain mengenalkan system Madrasah. Sebelum tahun 1899 M, pesantren Tebuireng menggunakan sistem pengajian sorogan dan bandongan. Akan tetapi sejak tahun 1916 M mulai dikenalkan sitem Madrasah dan tiga tahun kemudian  (1919 M) mulai dimasukan mata pelajaran umum. Langkah tersebut merupakan hasil dari rumusan KH Maksum (menantu KH Hasyim Asy’ari).

 

METODOLOGI PEMBELAJARAN

April 5, 2011 3 komentar

PEMBELAJARAN TRADISIONAL VS PEMBELAJARAN MUTAKHIR


NO. TRADISIONAL MUTAKHIR
1. Fokus Kurikulum Menekankan pada cakupan isi, pengetahuan fakta, belajar ketrerampilan dan isolasi Menekankan pada kedalaman pemahaman isi, penguasaan konsep dan prinsip, serta pengetahuan keterampilan pemecahan masalah kompleks.
2. Lingkup dan urutan penyampaian Ketat, belajar dari unit ke unit, memusat dan berfokus serta berbasis pada disiplin ilmu Mengikuti minat siswa, unit-unit terbentuk dari problem dan isu kompleks, meluas dan berfokus pada antardisiplin ilmu
3. Peran Guru Sebagai penceramah, pemimpin dan tenaga ahli dalam pembelajaran Sebagai penyedia berbagai sumber belajar, sebagai partisipan dan mitra belajar
4. Fokus pengukuran Menekankan hasil, skor tes, membandingkan dengan siswa lain, atau kemampuan mereproduksi informasi Menekankan pada proses dan hasil, pencapaian hasil nyata, unjuk kerja standard an kemajuan dari waktu ke waktu
5. Bahan pembelajaran Mengandalkan buku teks, ceramah dan presentasi. Kegiatan dan lembar pelatihan dikembangkan oleh guru Menekankan sumber-sumber belajar asli tercetak, interview, dokumen serta data, bahan dikembangkan oleh siswa
6. Penggunaan teknologi Teknologi digunakan sebagai penopang, bersifat peripheral (tidak utama), digunakan oleh guru sebagai alat presentasi (yang utama tetap ucapan Guru) Penggunaan teknologi menjadi utama, bagian integral, diarahkan untuk siswa dan digunakan untuk membantu presentasi siswa atau menguatkan pengetahuan siswa
7. Konteks kelas Menugasi siswa untuk bekerja (belajar) individual, mendorong kompetisi, dan atau menerima informasi dari Guru Menugasi siswa untuk belajar dalam kelompok, terjadi kolaborasi satu dengan yang lain, siswa mengkonstruksi, memberikan kontribusi dan melakukan sintesis informasi
8. Peranan siswa Siswa menjalankan perintah Guru, mengingat dan mengulang fakta, menerima dan menyelesaikan tugas-tugas laporan Mengarahkan siswa agar mampu melakukan kegiatan belajar yang diarahkan sendiri, mengkaji, mengintegrasikan dan menyajikannya. Siswa menentukan tugasnya sendiri, dan bekerja secara independen dalam waktu yang besar
9. Tujuan pembelajaran Tujuan jangka pendek : 

Siswa memahami fakta, istilah dan isi

Tujuan jangka pendek : 

Siswa memahami dan mengaplikasikan ide dan proses yang kompleks

Tujuan jangka panjang : 

Siswa memiliki pengetahuan yang luas dan dapat berhasil menyelesaikan tes standar

Tujuan jangka panjang : 

Siswa memiliki pengetahuan yang dalam, berwatak, dan trampil mengembangkan kompetensi diri, mandiri dan mau belajar sepanjang hayatnya

Sumber : Thomas, Mergendoller dan Michaelson; Project Based Learning : A Handbook for Middle

and High School Teachers ; Tahun 1999

JIHAD AKBAR ADALAH MELAWAN HAWA NAFSU

April 2, 2011 5 komentar

JIHAD AKBAR ADALAH MELAWAN HAWA NAFSU

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang termulia, sekaligus sebagai makhluk yang berkemungkinan. Manusia sangat mungkin mampu mencapai derajat tertinggi, bahkan melebihi derajat malaikat, namun ia juga mungkin bisa terjatuh ke tingkat yang paling rendah dan hina melebihi binatang. Kondisi tersebut bersumber pada dua hal yang melekat pada diri manusia yaitu hati nurani dengan arahan hidayatul fitrah dan hawa nafsu dibawah bimbingan syaithaniyah.

Ketika manusia terus melaju dengan hati nurani yang selalu disertai hidayatul fitrahnya, maka ia akan mampu mencapai puncak tertinggi melebihi makhluk-makhluk yang lainnya. Akan tetapi ketika manusia terus terseret nafsu syaithaniyahnya, maka ia akan terjatuh pada tingkat yang terhina melebihi binatang.

Allah SWT membekali manusia dengan dua hal itu (hati nurani dan hawa nafsu) yang selamanya tidak akan dapat bertemu dalam kebersamaan menuju kebaikan. Hati nurani selalu mengajak manusia kepada nilai-nilai kebaikan, sedangkan hawa nafsu selalu mempengaruhi manusia kepada kejahatan. Dua ciptaan itu dijadikan fitrah bagi manusia sebagai ujian, akan kemana manusia menentukan arah kehidupan yang menjadi tujuannya.

Islam sebagai agama yang diridloi Allah SWT telah menetapkan hukum-hukum bagi kehidupan manusia dalam mengokohkan eksistensi kemuliaannya. Jika manusia mematuhi hukum-hukum yang telah digariskan oleh agama pasti akan membawa kebaikan dan kemaslahatan bagi manusia itu sendiri. Sesungguhnya manusia sebagai subyek juga diberikan perangkat akal untuk berfikir dan mempertimbangkan segala sesuatu yang dilakukannya dalam menentukan baik ataukah buruk.

Sebagai manusia yang berakal sehat tentu dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan, antara pahala dan dosa. Secara fitrah sesungguhnya manusia memiliki kecenderungan pada kebaikan dan ingin menjauhi keburukan. Akan tetapi realitas kehidupan manusia acap kali berbeda dengan idealisme yang semestinya. Betapapun manusia menyadari bahwa keburukan akan mendatangkan akibat buruk bagi pelakunya, tetapi ia tak mau menghindar dari ajakan nafsu syetan yang akan menjerumuskan kepada lembah kehinaan.

Sebagai manusia yang dibekali dengan akal dan dipandu dengan petunjuk ilahi melalui kitab suci, maka sesungguhnya ia harus menyadari serta dapat mengendalikan diri dan tidak mengikuti hawa nafsunya untuk berbuat salah dan dosa. Hal itu berkaitan dengan firman Allah SWT :

(ولا تتبع الهوى فيضلك عن سبيل الله ان الذين يضلون عن سبيل الله لهم عذاب شديدبما نسوا يوم الحساب  (ص : 26

Artinya : “… dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia (hawa nafsu) akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shaad : 26)

Jika kita perhatikan realitas kehidupan dewasa ini, banyak sekali sudut kehidupan manusia yang telah dikuasai oleh hawa nafsu. Kasus-kasus kejahatan, kekerasan, tindak asusila, penjungkiran nilai, pemaksaan hak, kesewenang-wenangan, korupsi, terorisme dan lain sebagainya hampir merupakan sajian rutin setiap hari pada media massa. Semua itu terjadi karena ketidak mampuan manusia dalam membentengi, memerangi dan mengendalikan hawa nafsunya.

Oleh sebab itu memerangi dan mengendalikan hawa nafsu dalam pandangan islam sebagai perjuangan yang sangat besar (jihad akbar). Sebagaimana telah dinyatakan oleh Rasulullah SAW pasca kemenangan dalam peperangan, yaitu :

رجعتم من الجهاد الأصغر الى الجهاد الأكبر فقيل وما جهاد الأكبر يا رسول الله؟ فقال : جهاد النفس

Artinya : “kalian semua pulanglah (kembalilah) dari sebuah pertempuran kecil menuju sebuah pertempuran besar. Lalu ditanyakan kepada Rasulullah SAW. Apakah pertempuran besar itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab, jihad melawan (memerangi) hawa nafsu.”

Didalam kitab Burdah Imam Bushiri menyatakan :

وخالف النفس والشيطان واعصهما وان هما محضاك النصح فاتهم

Artinya : “janganlah anda mengikuti nafsu dan syetan serta kemaksiatan yang ditawarkannya. Dan tetap waspadalah, sekalipun keduanya membisikan nasehat (kesan baik).”

Memperhatikan keterangan diatas, maka dalam melawan hawa nafsu membutuhkan kesiapan dan kemauan yang sungguh-sungguh. Sebab hawa nafsu itu sudah menyatu dan melekat pada diri manusia, bahkan selalu tahu kapan manusia dalam keadaan lengah dan lepas kontrol. Sekali saja manusia dikuasai oleh hawa nafsunya, maka hawa nafsu itu akan terus mendesak untuk selalu menguasai, memperdaya dan mempermainkan kondisi fisik maupun psikis manusia itu sendiri sehingga menjadi kehilangan jati diri sebagai manusia yang bermartabat.

Dalam kondisi mayoritas manusia telah dikuasai oleh hawa nafsunya, maka orang yang memiliki komitmen terhadap moral dan nilai-nilai agama, kian makin tersingkir oleh opini umum sebagai simbol ketertinggalan. Sehingga kian tidak mendapatkan tempat yang signifikan dalam percaturan keduniaan. Dalam kondisi seperti itu, maka umat islam yang beriman harus tetap konsisten dengan komitmen keimanannya, jangan sampai mengikuti arus kebanyakan orang yang telah dikuasai oleh hawa nafsunya.

والله أعلم بالصواب